Setelah melalui berbagai pertimbangan sulit, Samsung akhirnya memutuskan untuk menghentikan peredaran Samsung Galaxy Note 7 di seluruh dunia, juga menghentikan produksinya. Hal ini ditempuh lantaran unit pengganti yang mereka klaim sebagai unit yang aman masih juga meledak, dan jalan satu-satunya untuk mencegah insiden kebakaran di masa mendatang adalah dengan menarik peredaran dari setiap unit Galaxy Note 7 yang sudah terlanjur beredar.
Jika pada program penarikan awal Samsung diprediksi menderita kerugian sekitar $1 miliar atau setara Rp 13 triliun, penghentian peredaran dan penarikan kembali Galaxy Note 7 kali ini diperkirakan bakal membuat Samsung mengalami kerugian hingga $17 miliar atau setara Rp 221 triliun! Lebih parah lagi, jumlah tersebut mungkin tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan merosotnya nilai brand Samsung dan Galaxy Note, setidaknya dalam jangka pendek.
Menurut para analis Credit Suisse, jumlah $17 miliar tersebut berasal dari potensi pendapatan Samsung dari hasil penjualan Galaxy Note 7, dimana Samsung diyakini mampu menjual sebanyak 19 juta unit Galaxy Note 7. Tak cuma itu, insiden Galaxy Note 7 diyakini juga bakal berimbas pada produk-produk smartphone Samsung lainnya, dan mungkin bakal menurunkan tingkat keuntungan Samsung selama kuartal ke-4 tahun 2016 hingga 85%.
Para analis menganjurkan agar Samsung mengirimi tiap pelanggan Galaxy Note 7 sebuah permintaan maaf serta kompensasi khusus atas ketidaknyamanan yang disebabkan oleh Galaxy Note 7. Cara ini memang bakal menguras dompet, namun penting untuk dijalani jika Samsung tak ingin bernasib seperti Nokia dan BlackBerry.