Tidak dipungkiri lagi bahwasanya kehadiran DVR (Digital Video Recorder) telah membuat Video Cassette Recorder (VCR) tamat riwayatnya. Saat ini sudah jarang kita jumpai VCR di pasaran umum, sehingga boleh dikatakan bahwa VCR sudah punah. Sekarang ini DVR-lah yang mendominasi pasar, karena menawarkan berbagai macam keunggulan ketimbang VCR. Salah satu keunggulan DVR yang paling menonjol adalah bebas kusut. Ya, oleh karena DVR tidak menggunakan pita kaset sebagai media perekamannya (melainkan memakai hard disk), maka kasus pita kusut tidak pernah dijumpai. Bisa dibayangkan seandainya pita kusut tadi berisi rekaman kejadian yang penting, tentunya repot, bukan? Walaupun pita bisa dirapikan kembali, namun tidak jarang hasil rekamannya malah menjadi goyang, bergetar dan beku, kendati kita sudah memainkan tombol Tracking. Inilah problematika alami dari sistem Video Cassette Recorder yang sangat menjengkelkan.
Berbeda dengan DVR yang memakai hard disk sebagai media perekamannya, maka peristiwa menjengkelkan tadi tidak terjadi. Namun demikian, hal ini tidak serta merta menjadikan DVR sebagai satu perangkat yang bebas gangguan. Secanggih apapun DVR kita, entah itu jenis Standalone maupun PC Base, gangguan akan selalu ada.Melalui blog sederhana ini, kami merasa perlu membuka wacana seputar pengertian backup (archive), khususnya pada standalone DVR, terlepas dari berhasil atau tidaknya kita dalam mem-backup seluruh data DVR.
Untuk itu marilah kita lihat ilustrasi ini. Katakanlah kita memiliki DVR dengan hard disk 80GB. Kendati hard disk seukuran ini sudah punah di pasaran, namun sebagai ilustrasi tak mengapalah. Kemudian kita disuruh mem-backup semua isi hard disk (yang berupa rekaman video) tersebut ke dalam kepingan cakram optik, misalkan DVD atau CD. Seperti diketahui, kapasitas max. satu keping DVD saat ini sekitar 4.7GB. Nah, dengan hitungan sederhana saja, maka untuk memindahkan semua isi hard disk 80GB, paling tidak kita memerlukan space yang setara, bukan? Jadi, jika backup ini dilakukan ke dalam DVD, maka artinya kita memerlukan 80GB : 4.7GB = 17 keping DVD! Luar biasa! Bayangkan lagi jika ini di-transfer ke dalam CD, maka tentunya kita memerlukan cakram yang lebih banyak lagi, karena satu CD rata-rata "hanya" memuat 700MB saja (0.7GB). Tepatnya, kita memerlukan 80GB : 0.7GB = 114 keping CD kosong! Lalu, bagaimana jika ke dalam hard disk external? Ya, tentu sah-sah saja. Hanya, berapa lamakah waktu yang diperlukan? Lalu setelah sukses, apakah kita akan menjajarkan hard disk terebut layaknya menyimpan map di lemari? Menurut kami, hal ini bukanlah solusi cerdas, kecuali memang dipersyaratkan seperti itu. Apalagi saat tulisan ini dimuat, harga hard disk sedang tinggi akibat pengaruh banjir di Thailand. Nah, dari sisi ini kita sudah bisa menilai apakah layak atau tidaknya proses pem-backup-an yang dimaksud. Belum lagi saat di tengah jalan terdapat reading error atau writing error, maka pekerjaan ini bisa menjadi mimpi buruk. Lain halnya jika pembaca memiliki cara sendiri atau utility kompresi yang bagus dan selamat dari kesalahan baca tulis, maka hal itu dapat direalisasikan. Hanya saja, sepanjang pengetahuan kami, software utility yang dimaksud hingga saat ini belum ada.
Lantas apa implikasinya? Secara implementasi, mem-backup semua isi hard disk pada DVR adalah tidak bisa. Perlu diketahui pula, sampai saat ini proses pem-backup-an itu hanya bisa dilakukan pada DVR-nya sendiri, tidak bisa dengan cara mencabut hard disk dari DVR dan memindahkannya langsung ke dalam PC dengan harapan bisa dibaca oleh PC. Ini disebabkan adanya perbedaan format penulisan pada hard disk DVR dengan PC, sehingga tidak bisa dibaca langsung oleh sistem operasi PC semisal Windows. Kami tidak tahu sistem operasi lainnya seperti Linux, apakah bisa atau tidak. Perlu diperhatikan pula, bahwa saat mem-backup, biasanya DVR akan berhenti merekam. Perlu diperhitungkan pula berapa jam kita kehilangan rekaman pada saat melakukan backup.
Kembali pada pokok persoalan, jadi apa sebenarnya yang dimaksud dengan backup pada DVR dan apa pula tujuannya? Backup pada DVR maksudnya adalah mencuplik beberapa segmen video pada saat ada kejadian penting, lalu memindahkannya ke media lain (USB Disk, CD ataupun DVD). Jadi, dalam hal ini bukan meng-copy hard disk DVR ke dalam hard disk lain. Tujuan mencuplik beberapa bagian video tersebut, misalnya sebagai alat bukti kepolisian dalam mengusut satu perkara ataupun untuk keperluan lainnya. Oleh karena hanya beberapa menit, maka prosesnyapun mudah dan tidak lama, seperti pada kasus pemboman hotel JW-Marriot beberapa waktu lalu. Walaupun yang ditayangkan ke ranah publik ini bukan merupakan hasil backup (tapi sorotan camera ke atas monitor), namun kami hanya ingin mempertegas ilustrasinya. Nah, berapa lamakah durasi video clip tersebut? Hanya beberapa detik saja, bukan? Jadi, saat polisi meminta backup-pun, prosesnya tidak memerlukan waktu lama. Menurut kami, inilah yang kami maksud dengan backup pada DVR Standalone.
Untungnya, kami tidak bersendirian dalam pendapat ini. Dalam satu situs CCTV terkenal jelas-jelas disebutkan seperti ini:
"The purpose of the backup system is to allow the DVR operator to export a specific segment of video so that the video can easily be transferred to the police in the event that something occurs that needs to be investigated. The file that is exported by the backup process can be replayed using the video player application that is built into the integrated remote station software that the DVR comes with. The backup system is designed to export minutes worth of video. The system is NOT meant to be an archiving service to export hours and days of video to an external drive".
Silakan pembaca terjemahkan menurut bahasa sendiri atau copas dengan bantuan Google Translate :). Perhatikan, mereka menulis kata not memakai huruf kapital. Jika demikian, backup seluruh data rekaman pada DVR rupanya belum memungkinkan untuk dilakukan saat ini. Bagaimana menurut anda?