Suatu hari di tahun 2014, Evan Spiegel, pemuda yang menciptakan SnapChat, pergi ke Cina, negeri yang melahirkan WeChat. Selama di Cina, Spiegel banyak menemukan para pengguna WeChat yang memanfaatkan fitur QR Code. Suatu fitur pemindai yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan banyak hal: bertukar kontak, berinteraksi dengan brand atau selebritis, hingga membeli barang atau makanan.

Spiegel, mengutip artikel yang ditulis David Pierce di Wired, terkesan dengan fitur tersebut. Sekembalinya dari Cina, ia lalu mendatangi Scan, startup asal Utah yang memiliki produk QR Reader bagi pengguna iPhone. Tanpa berpikir panjang, Spiegel membeli startup tersebut senilai $54 juta dan menggiring semua stafnya untuk satu tugas: mempersenjatai Snapchat dengan fitur QR Code. Pada 2015, SnapChat memperkenalkan Snapcode, yang kemudian secara cepat meraih popularitasnya.

“Gedung Putih membuat Snapcode, meletakkannya di whitehouse.gov dan dijadikan profil pictures di akun resmi Twitter mereka,” kata Kirk Ouimet, pendiri Scan.

Pada tahun 2017, setidaknya tercipta 8 juta pemindaian menggunakan Snapcode tiap harinya. Ia digunakan mulai dari membuka filter pada aplikasi SnapChat, membuka situsweb, hingga menambahkan teman.

QR Code atau Quick Response Code merupakan salah satu jenis kode matriks atau kode batang. Umumnya, kode batang ditempelkan pada suatu barang atau benda. Dengan memanfaatkan alat pemindai, informasi tentang barang atau benda kemudian bisa didapatkan.

 

 

 

 

 

Sumber : Tirto.id