Baterai sebuah perangkat smartphone memang menuntut penggunanya memiliki pengetahuan tersendiri. Tentang bagaimana merawatnya, dan kapan harus memutuskan untuk menggantinya dengan yang baru. Mitos dan fakta seringkali gagal dipisahkan dan malah menjerumuskan pengguna smartphone dalam mengoperasikan perangkatnya.
Ditambah dengan gencarnya promosi yang diluncurkan oleh brand-brand smartphone tentang besarnya kapasitas serta daya hidup baterai yang sanggup bertahan berhari-hari konsep baterai dalam sebuah gadget kini hanya dilihat dari besarnya satuan Ampere-nya.
Lalu apa sajakah yang menjadi mitos dan kesalahan pengertian dalam merawat baterai yang sering dilakukan oleh pengguna awam?
Overcharge jika ditancapkan terus menerus ke sumber listrik
Ini merupakan mitos dan tidak aplikatif saat ini. Kebanyakan baterai smartphone, laptop atau gadget elektronik yang banyak beredar di pasaran saat ini sudah sedemikian “cerdas” dan akan menghentikan aliran listrik jika kapasitasnya telah mencapai 100%. Baterai dalam kondisi penuh ini selanjutnya akan berkurang sekitar 4-5% sebelum mau menerima lagi aliran listrik untuk mengisinya hingga kembali ke 100%.
Namun meski memiliki kemampuan otomatis seperti ini, tidak disarankan untuk menancapkan baterai pada charger terus-menerus karena akan mengurangi keawetan dan umur baterai. Dan faktanya, apapun yang dilakukan untuk merawatnya, baterai tetap akan habis umurnya seiring waktu.
Mengosongkan baterai sebelum mengisinya kembali
Ini ialah mitos kedua yang salah. Pada kasus gadget atau laptop yang kehabisan daya dengan parameter baterai yang menunjukkan 0%, sebenarnya baterai masih memiliki daya cadangan kurang lebih 10%. Dan mengosongkan baterai hingga benar-benar habis sangat tidak disarankan karena akan mengurangi efektivitasnya.
Isi baterai hingga penuh pada perangkat yang pertama kali digunakan
Hal ini pun sama sekali tidak faktual. Meski ini yang kebanyakan disarankan oleh sales toko elektronik saat pertama kali gadget dibeli. Bahkan ada beberapa yang menyarankan untuk mengisi baterai hingga 7-12 jam sebelum perangkat tersebut dipergunakan. Ini pun salah. Perangkat bisa digunakan kapan saja bahkan pada daya sekitar 30% saat pertama kali dibeli.
Awal mula saran ini berkembang ialah proses kalibrasi yang akan tereksekusi saat baterai diisi untuk yang pertama kalinya. “Mengajari” baterai tersebut bagaimana cara bekerja bersama perangkat. Padahal saat ini rata-rata baterai telah memiliki kemampuan self-calibrating, dan tidak memerlukan proses kalibrasi awal ini.
Menyimpan baterai dalam kulkas
Mitos yang harus dihindari dan berhenti dilakukan. Menyimpan baterai dalam freezer atau kulkas sangat membahayakan karena suhu yang ekstrim, baik panas maupun dingin tidak disarankan bagi semua jenis baterai, termasuk baterai perangkat elektronik seperti laptop, smartphone dan gadget lainnya.
Banyak perusahaan pembuat baterai menyarankan metode penyimpanan baterai yang baik dan benar ialah pada suhu kamar, yaitu sekitar 20 hingga 27 derajat celsius. Dengan suhu ini baterai bisa digunakan sepanjang 5 sampai 10 tahun dengan pemakaian standar.